Yap, hampir tiga malam tidur saya tiduk begitu tenang. 2 malam saya terbayang rusuh demo BBM jumat lalu, malam kemarinnya saya mimpinya kacau balau, sama kayak ricuh demo,, betul-betul dampaknya terasa pasca mengikuti demo itu. Sabtu lalu, saya buat postingan yang belum menyentuh cerita, mungkin ini juga yang membuat saya tidak tenang, karena saya belum menuliskan kegundahan saya. Bukankah menulis adalah obat/terapi galau? .
Pembaca sekalian, kalau anda lihat di TV demo hari jumat
kemarin, dari situaasinya saja cukup membuat anda tertarik untuk melihatnya,
saya merasakan betul kejadian langka tersebut. Nongkrong tengah-tengah jalan
tol, santai, di tengah senja sore (kapan bisa nongkrong di tengah jalan tol).
Dari dalam gedung barikade aparat keaaman berjaga, mobil-mobil yang super gagah
sudah bersiaga. Kamera para wartawan pun siaga selalu mereka setiap kejadian.
Sambil sesekali helikopter salah satu stasiun televisi dan dari kepolisian
berlalau lalang…
Sore memasuki malam. Saya yang awalnya bertiga lalu, satu
persatu mereka pulang. Saya pun diajaknya pulang karena transportasi tidak ada
yang melintas, PPD 213 yang sudah kuanggap sebagai kendaraan pribadi, heheh tak
akan lewat karena jalan di depan DPR sudah di tutup, terpaksa harus berjalan
dulu untuk mendapat akses transportasi. Areal yang melintasi DPR betul-betul
ditutup oleh ribuan manusia. Saya tetap untuk ikut demonstrasi, Alasan yang
kukatakan pada mereka untuk saya harus tetap bertahan, saya katakan “ Saya
ingin ada dan menyaksikan sejarah bangsa”
Sepulangnya mereka, otomatis saya sendirian… saatnya
bergabung dengan demonstran lainnya. Tentu saya dengan mahasiswa,, saat itu
saya lihat barikade mahasiswa makin maju, terus merangsek maju. Saya tidak ikut dengan kelompok itu, karena
kebanyakan dari mereka menggunakan jaket almamater.
Dari tadi sore saya melihat pagar-pagar DPR telah di jebol,
ada tiga pagar yang belum dan sulit di jebol. bersama-sama para mahasiswa saya
ikut menjebol pagar tersebut, namun
nampaknya adukan semennya untuk pagar itu sedikit berbeda karena sulit
sekali jebol, ini yang membuat badan
saya 2 hari tiga malam terasa remuk (harga yang harus ditanggung)
Saya sesekali maju ke dekat barikade aparat yang terus
didekati para demonstran, nah dari jarak 5-8 meter saya melihat langsung
kejadian foto dibawah ini..
Dari mulai kejadian inilah semuanya ricuh, saya sendiri langsung lari… sambil berteriak “chaos” melewati semak-semak
pepohonon keluar gedung DPR (aneh, saya merasa aneh kenapa saya harus melewati
ketengah semak-semak itu, padahal lewat sampingnya bisa, panik ketakutan pada
intinya sih)
Ricuh malam itu mulai terjadi, saya terus berlari bubar
entah bagaimana kondisi saat itu jika diambil oleh kamera dari atas, mungkin
seperti semut yang berhamburan karena semuanya hampir lari tak beraturan. Saya berlari
sambil merunduk, lho kenapa merunduk? ini lucu juga sih, saya fikir ketika
mulai ricuh polisi menembakan sesuatu dan itu saya kira peluru ternyata setelah
saya bisa keluar dari gedung DPR itu adalah kembang api dan gas air mata yang
digunakan untuk menghalau masa. Setelah
sedikit menjauh saya lihat, aneh kenapa harus kembang api? sudah seperti perayaan
tahun baru saja. Saya malu
juga sih, karena selama saya berlari keluar dari pintu gerbang saya
berlari sambil jongkok, layaknya sapi.
Saya pun lanjut berlari karena belum dirasa aman. Ketika semua berhambur termasuk pedagang, saya jadi
ingat kalau sore tadi saya beli minuman pada seorang ibu di muka gerbang DPR di
tengah tol. Harga minuman yang dijual mahal
dan saya bilang pada dimas teman saya , “harganya mahal karena bertaruh dengan nyawa” . semoga ibu-ibu
itu tak terinjak-injak masa atau terkena kembang api aparat.
Lanjut lagi, ketika saya dan kerumunan masa berhenti karena
ada instruksidri demonstran kita harus tetap berkumpul dan jangan mundur. Tapi
aparat menggiring kita untuk bubar, mereka
pun terus “menghadiahklan” gas air mata.
Dan pertamakalinya baru saya merasakan panasnya terkena zat itu. Ohh, ini
benar-benar pengalaman yang begitu baru, gas air mata itu tak kuat dirasakan
wajah dan mata serta pernapasan. Khususnya mata dan muka karena saya tak
menggunakan pasta gigi yang dilumuri pada muka, maka terasa sekali... Jika ada pepatah, sedia payung sebelum hujan.
Pepatah yang tepat sat itu, sedia odol
sebelum demo.
Aghh.. sambil berlari
kecil menjauh dari kepulan gas air mata saya meminta air namun tak ada yang punya, karena dari mereka sudah
banyak diantisipasi dengan pasta gigi. Salah satu demonstran, menyuruh saya
mengelapkan pada bendera yang
basah. Tidak pakai lama, saya basahi
muka saya dengan bendera basah milik orang itu, lumayan sedikit rasa perih di
mata saya hilang. Sambil berlari mundur, saya melihat beberapa orang berkerumun
di penjual minuman, mereka bukan sedang memborong minuman, tapi sedang
membasahi muka mereka dalam air es batu yang mancair, saya pun ikut,… Ohhhhhhh… terbayang sudah muka perih ini di
beri air es.. (terima kasih pada bapak pedagang minuman itu)
selepas dari itu sudah ada beberapa demonstran yang berhasil
ditangkap, situasinya makin kacau 3 blok
terpecah ada yang lari kearah Slipi, lalu kearah Semanggi dan arah Taman Ria. Saya waktu itu hanya tinggal beberapa puluh
yang nyasar kearah semanggi, harusnya
kami ke taman ria atau Slipi karena konsentrasi masih lebih banyak kesitu, saya sendiri melihat
aparat beberapa kali menmbakan gas air mata dan water canon pada dua blok itu.
Saya dengan para demonstran
yang juga terlihat beberapa adalah anak SMP terus melakukan maju mundur.
Dan kami ini dihalau oleh orang-orang yang bukan berpakaian seragam, mereka
biasa seperti kita. Makin aneh dan penasaran siapa sebetulnya mereka, ada yang
bilang mereka itu intel, preman bayaran ada juga yang bilang penduduk
sekitar. Dan keberadaan mereka merayap,
seolah menjadi warga biasa tiba-tiba menyerang kami. Bahaya sekali, beberapa
dari kami tertangkap dan terakhir saya bertemu denga wajah orang ini..
Dia begitu berani, dibawah fly over Taman Ria itu saya masih
ingat dengannya, saya tidak mengenal dan saya dan beberapa demonstran maju ke arah orang-orang itu tapi karena kami
hanya sedikit saya memilih di bawah kolong sedang dia beberapa meter menantang
orang-orang itu, saat kami berada di bawah kolong dan warga yang menonoton,
saya melihat beberap orang dengan badan tegap lari dari arah fly over… saya
menyebut intel, sontak saya berteriak “intel” saya dan masa berlari.. warga
yang menonton yang dengan sepeda motornya pun lari.. anda patut bayangkan
bagaimana saya lari dikejar orang-orang itu yang akn menagkap dan memukuli kita
tentunya. Saya lari di jalur busway saat itu, napas saya terengah-engah
ditamabah motor membuat saya sulit
berlari, saya pastikan lari saya kencang Karenna oran itu mengajar saya bukan
para pengendara, maka saya lari melebih motor-motor yang lari saat itu, saat
saya lari terbirit-birit, dada saya mulai menyempit maka saat itu saa mesti menaiki motor didepan
saya ada seorang pengendara tanpa membonceng dan saya kejar dia, saya bilang
ikut dia pelankan gas dan segera saya meloncat langsung duduk saya bilang pada
orang itu, “cepat bang mereka mengejar” sambil tangan saya menyuruh pengndar
lain supaya minggir.. mendekati halte busway JCC, saya minta turun dan anak
muda itu dengan patuh dan mendoakan saya semoga selamat.
Para demonstran berkumpul sejenak disitu, dan saya tidak
melihat anak muda di foto atas dan semakin berkurang saja jumlah kami. Seorang
anak muda, mengaku 4 temannya tertangkap saat pengejaran tadi. Saat kami
bercerita seputar mendadak munculnya orang-orang itu, sayadari arah yang sama
masa kembali berhamburan nampaknya ada
pengejarran lagi dan kami segera lari, saya cegat saja motor dan diapun
langsung lari kencang. Di bunderan
semanggi akhirnya saya turun, lagi-lagi dia menucapkan hati-hati dan semoga
selamat.
Di semanggi saya bertemu dengan para mahasiswaa, mereka mencari
rekan-rekannya menghabiskan lelah. Saya putuskan saya pulang saja . Untungnya biskota 67 datang dan saya pun pamit pada para demonstran untuk pulang, bagi
saya sudah cukup. Saya harus pulang ke
kostan karena belum mencuci baju juga
bayar kostan, itu salah satu diantaranya kenapa saya masih diberi umur.
#Bersyukur
Salam bahagia
Semangat Revolusi Galau