Catatan Demo BBM (series) : Demo BBm Itu Membuat Saya Galau 3 Malam Sulit tidu

(Seperti janji saya untuk menceritakan kejadian Demo tolak BBM pada bulan lalu, inilah kejadian yang saya alami. Karena alasan sibuk baru sekarang rampung edit. Semoga bermanfaat, mohon maaf jika banyak salah)

Yap, hampir tiga malam tidur saya tiduk begitu tenang. 2 malam saya terbayang rusuh demo BBM jumat lalu, malam kemarinnya saya mimpinya kacau balau, sama kayak ricuh demo,, betul-betul dampaknya terasa pasca mengikuti demo itu. Sabtu lalu, saya buat postingan yang belum menyentuh cerita, mungkin ini juga yang membuat saya tidak tenang, karena saya belum menuliskan kegundahan saya. Bukankah menulis adalah obat/terapi galau? .

Pembaca sekalian, kalau anda lihat di TV demo hari jumat kemarin, dari situaasinya saja cukup membuat anda tertarik untuk melihatnya, saya merasakan betul kejadian langka tersebut. Nongkrong tengah-tengah jalan tol, santai, di tengah senja sore (kapan bisa nongkrong di tengah jalan tol). Dari dalam gedung barikade aparat keaaman berjaga, mobil-mobil yang super gagah sudah bersiaga. Kamera para wartawan pun siaga selalu mereka setiap kejadian. Sambil sesekali helikopter salah satu stasiun televisi dan dari kepolisian berlalau lalang…
Sore memasuki malam. Saya yang awalnya bertiga lalu, satu persatu mereka pulang. Saya pun diajaknya pulang karena transportasi tidak ada yang melintas, PPD 213 yang sudah kuanggap sebagai kendaraan pribadi, heheh tak akan lewat karena jalan di depan DPR sudah di tutup, terpaksa harus berjalan dulu untuk mendapat akses transportasi. Areal yang melintasi DPR betul-betul ditutup oleh ribuan manusia. Saya tetap untuk ikut demonstrasi, Alasan yang kukatakan pada mereka untuk saya harus tetap bertahan, saya katakan “ Saya ingin ada dan menyaksikan sejarah bangsa”
Sepulangnya mereka, otomatis saya sendirian… saatnya bergabung dengan demonstran lainnya. Tentu saya dengan mahasiswa,, saat itu saya lihat barikade mahasiswa makin maju, terus merangsek maju.  Saya tidak ikut dengan kelompok itu, karena kebanyakan dari mereka menggunakan jaket almamater.
Dari tadi sore saya melihat pagar-pagar DPR telah di jebol, ada tiga pagar yang belum dan sulit di jebol. bersama-sama para mahasiswa saya ikut menjebol pagar tersebut, namun  nampaknya adukan semennya untuk pagar itu sedikit berbeda karena sulit sekali jebol, ini  yang membuat badan saya 2 hari tiga malam terasa remuk (harga yang harus ditanggung)
Saya sesekali maju ke dekat barikade aparat yang terus didekati para demonstran, nah dari jarak 5-8 meter saya melihat langsung kejadian foto dibawah ini..



Sumber :http://images.kompas.com/search/result/123175/1/bom-molotov-di-DPR#photos/view/81237

Dari mulai kejadian inilah semuanya ricuh,  saya sendiri langsung lari…  sambil berteriak “chaos” melewati semak-semak pepohonon keluar gedung DPR (aneh, saya merasa aneh kenapa saya harus melewati ketengah semak-semak itu, padahal lewat sampingnya bisa, panik ketakutan pada intinya sih)
Ricuh malam itu mulai terjadi, saya terus berlari bubar entah bagaimana kondisi saat itu jika diambil oleh kamera dari atas, mungkin seperti semut yang berhamburan karena semuanya hampir lari tak beraturan. Saya berlari sambil merunduk, lho kenapa merunduk? ini lucu juga sih, saya fikir ketika mulai ricuh polisi menembakan sesuatu dan itu saya kira peluru ternyata setelah saya bisa keluar dari gedung DPR itu adalah kembang api dan gas air mata yang digunakan untuk menghalau masa.  Setelah sedikit menjauh saya lihat, aneh kenapa harus kembang api? sudah seperti perayaan tahun baru saja. Saya malu juga sih, karena selama saya berlari keluar dari pintu gerbang saya berlari sambil jongkok, layaknya sapi.  Saya pun lanjut berlari karena belum dirasa aman. Ketika  semua berhambur termasuk pedagang, saya jadi ingat kalau sore tadi saya beli minuman pada seorang ibu di muka gerbang DPR di tengah tol. Harga minuman yang dijual mahal  dan saya bilang pada dimas teman saya , “harganya mahal  karena bertaruh dengan nyawa” . semoga ibu-ibu itu tak terinjak-injak masa atau terkena kembang api aparat.
Lanjut lagi, ketika saya dan kerumunan masa berhenti karena ada instruksidri demonstran kita harus tetap berkumpul dan jangan mundur. Tapi aparat  menggiring kita untuk bubar, mereka pun terus “menghadiahklan”  gas air mata. Dan pertamakalinya baru saya merasakan panasnya terkena zat itu. Ohh, ini benar-benar pengalaman yang begitu baru, gas air mata itu tak kuat dirasakan wajah dan mata serta pernapasan. Khususnya mata dan muka karena saya tak menggunakan pasta gigi yang dilumuri pada muka, maka terasa sekali...  Jika ada pepatah, sedia payung sebelum hujan. Pepatah yang tepat sat itu, sedia odol sebelum demo.
 Aghh.. sambil berlari kecil menjauh dari kepulan gas air mata saya meminta air namun  tak ada yang punya, karena dari mereka sudah banyak diantisipasi dengan pasta gigi. Salah satu demonstran, menyuruh saya mengelapkan pada bendera  yang basah.  Tidak pakai lama, saya basahi muka saya dengan bendera basah milik orang itu, lumayan sedikit rasa perih di mata saya hilang. Sambil berlari mundur, saya melihat beberapa orang berkerumun di penjual minuman, mereka bukan sedang memborong minuman, tapi sedang membasahi muka mereka dalam air es batu yang mancair, saya pun ikut,…  Ohhhhhhh… terbayang sudah muka perih ini di beri air es.. (terima kasih pada bapak pedagang minuman itu)
selepas dari itu sudah ada beberapa demonstran yang berhasil ditangkap,  situasinya makin kacau 3 blok terpecah ada yang lari kearah Slipi, lalu kearah Semanggi dan arah Taman Ria.  Saya waktu itu hanya tinggal beberapa puluh yang nyasar  kearah semanggi, harusnya kami ke taman ria atau Slipi karena konsentrasi masih  lebih banyak kesitu, saya sendiri melihat aparat beberapa kali menmbakan gas air mata dan water canon pada dua blok itu.
Saya dengan para demonstran  yang juga terlihat beberapa adalah anak SMP terus melakukan maju mundur. Dan kami ini dihalau oleh orang-orang yang bukan berpakaian seragam, mereka biasa seperti kita. Makin aneh dan penasaran siapa sebetulnya mereka, ada yang bilang mereka itu intel, preman bayaran ada juga yang bilang penduduk sekitar.  Dan keberadaan mereka merayap, seolah menjadi warga biasa tiba-tiba menyerang kami. Bahaya sekali, beberapa dari kami tertangkap dan terakhir saya bertemu denga wajah orang ini..
Sumber : http://images.kompas.com/photos/album/81237#photos/view/81223


Dia begitu berani, dibawah fly over Taman Ria itu saya masih ingat dengannya, saya tidak mengenal dan saya dan beberapa demonstran maju  ke arah orang-orang itu tapi karena kami hanya sedikit saya memilih di bawah kolong sedang dia beberapa meter menantang orang-orang itu, saat kami berada di bawah kolong dan warga yang menonoton, saya melihat beberap orang dengan badan tegap lari dari arah fly over… saya menyebut intel, sontak saya berteriak “intel” saya dan masa berlari.. warga yang menonton yang dengan sepeda motornya pun lari.. anda patut bayangkan bagaimana saya lari dikejar orang-orang itu yang akn menagkap dan memukuli kita tentunya. Saya lari di jalur busway saat itu, napas saya terengah-engah ditamabah  motor membuat saya sulit berlari, saya pastikan lari saya kencang Karenna oran itu mengajar saya bukan para pengendara, maka saya lari melebih motor-motor yang lari saat itu, saat saya lari terbirit-birit, dada saya mulai menyempit  maka saat itu saa mesti menaiki motor didepan saya ada seorang pengendara tanpa membonceng dan saya kejar dia, saya bilang ikut dia pelankan gas dan segera saya meloncat langsung duduk saya bilang pada orang itu, “cepat bang mereka mengejar” sambil tangan saya menyuruh pengndar lain supaya minggir.. mendekati halte busway JCC, saya minta turun dan anak muda itu dengan patuh dan mendoakan saya semoga selamat.
Para demonstran berkumpul sejenak disitu, dan saya tidak melihat anak muda di foto atas dan semakin berkurang saja jumlah kami. Seorang anak muda, mengaku 4 temannya tertangkap saat pengejaran tadi. Saat kami bercerita seputar mendadak munculnya orang-orang itu, sayadari arah yang sama masa kembali  berhamburan nampaknya ada pengejarran lagi dan kami segera lari, saya cegat saja motor dan diapun langsung lari kencang.  Di bunderan semanggi akhirnya saya turun, lagi-lagi dia menucapkan hati-hati dan semoga selamat.
Di semanggi saya bertemu dengan para mahasiswaa, mereka mencari rekan-rekannya menghabiskan lelah. Saya putuskan saya pulang saja .  Untungnya biskota 67 datang dan  saya pun  pamit pada para demonstran untuk pulang, bagi saya sudah  cukup. Saya harus pulang ke kostan karena belum mencuci baju  juga bayar kostan, itu salah satu diantaranya kenapa saya masih diberi umur. #Bersyukur
Salam bahagia  
Semangat Revolusi Galau