Akhir-akhir ini
sulit sekali rasanya bisa tidur di bawah jam 1. Selalu saja diatas jam satu.
Malam ini waktu malah menunjukan pukul 02:50 WIB.
Seraya sambil
memohon agar mata berikan kantuk, saya belum juga ngantuk. Twitter sudah mulai
sepi TL tak lagi bermunculan sederas seperti tadi sore.
Ahhhaa..
beberapa minggu lalu andai mata tak dapat dipejam, saya biasanya pergi ke
warung kopi untuk minum kopi sambil ngobrol dan itu ternyata ampuh. Tapi Karena Mang anton, tukang kopi itu
warungnya terbakar dalam kejadian kebakaran Kenari bebebrapa minggu lalu (postingannya
disini). Ada sih satu lagi warkop langganan tapi ia tak sampai larut malam.
Kebetulan
sekali, tadi siang saya borong kopi instan merek terbaru jadi saya punya banyak
stock kopi. Tinggal minta air panas pada ibu kost.
Kopi sudah
tersaji bahkan hampir tersisa beberapa tegukan, begitu juga netbook yang saya hidupkan kembali agar
mau tidak mau harus menemani saya. Tapi
mata hanya berair dan berwarna merah layaknya pulau di tengah lautan. betul-betul
masih tidak mau ditidurkan.
Waktu pun
menunjukan pada angka 3 lebih. Sambil menuliskan catatan ini saya coba berfikir
kenapa saya sekarang ini sulit sekali untuk tidur. Ada beberapa hal yang saya
coba cari tahu penyebabnya. Banyak sekali sih, salah satunya sudah beberapa
minggu, saya belum menelpon kakak saya. Bukan untuk bersilaturahmi dengannya
kakak perempuan saya saja, tapi lebih dari itu kabar dan suara si peri kecil
Nadifah, ponakan saya yang berumur 8 bulan itulah yang selalu saya ingat. Meskipun
dia ponakan tapi saya anggap dia anak saya , Tapi itu terlalu aneh, walaupun
bagi saya itu sangat berpengaruh, karena begitu sayangnya saya pada ponakan saya itu.
Tapi
kemungkinan kedua inilah yang rasanya menjadi mungkin. Lebih dari sebulan saya
tak mengunjungi si bungsu, adik perempuan satu-satunya yang kini dia kuliah sambil kerja di bekasi. Padahal
dari Jakarta ke bekasi tak begitu jauh karena transportasi pun banyak, tapi
waktunya yang terkadang tak pas.
Meski begitu,
sms telpn dan chatting G talk setiap hari kami lakukan karena pekerjaan kami
berdua sama-sama nongkrongin layar.
Tapi rasanya itu tidak sah, andai belum bertemu atau saya menginap di kosannya.
Beberapa hari
lalu saya memimpikan dia, hingga saya terbangun dan entah kenapa menangis.
Sedih sekali.
Tapi ternyata,
saya baru tersadar kalau adik saya itu titipan orang tua saya di kampung.
Bahkan tak hentinya, ketika saya pulang ibu dan bapak selalu menyuruh saya
untuk rajin mengunjungi si bungsu, bukan Cuma dengan tanya kabar lewat telpon
atau lainnya.
Rasanya ini
kemungkinan terbesarnya.. Hmmm…
Semangat
Revolusi Galau