Bagaimana kalau kita namakan ini Mall?

Suka belanja atau shopping? Tentu, terlebih kalangan perempuan. Saya harus katakan kota Jakarta penuh dengan Mall-mall besar, mewah dan lengkap tapi terhitung kalau saya sendiri bertahun-tahun selama merantau di Jakarta tak pernah pulang ke kosan membawa kantong belanja. Sudah bisa di tebak kalau saya hanya jalan-jalan atau ada event yang tempatnya di Mall.hehe…

Hampir seluruh Mall dengan kelas Lux hampir saya pernah singgahi, tapi tak satu pun saya belanja atau bahkan makan, jarang sekali rasanya. Tapi mari saya ajak dengan satu gambaran khas.  Edisi ruang kota kali ini, saya sajikan sebuah pict dan cerita tentang mall ala masyarakat menengah bawah, ya.. mari kita belanja di “pasar kaget “ sebuah pasar yang tiba-tiba ada.

Saya tidak menyebut pasar kaget ini bagian dari masyarakat kecil, dan mall untuk  adalah mesyarakat atas. Tapi apalah arti pusat perbelanjaan atau mall jika kita tak ada interaksi berbelanja, ya, sepertihalnya saya ini. Tapi lain halnya kalau kita mampir ke pasar kaget banyak yang bisa kita beli dan bawa pulang, dengan uang goceng saja makanan atau barang bisa kita dapatkan disini.

Pasar kaget dekat kostan saya selalu ada tiap hari minggu malam senin. Jadi sepanjang jalan gang Kenari 2 berderet pedagang dadakan, itu kenapa mungkin dinamakan pasar kaget atau ada juga yang bilang pasar malam.

























Kota Jakarta sudah begitu penuh dengan mall-mall mewah. Apalagi jika dibandingkan dengan kampung saya, disini amat begitu banyak. Tapi apalah artinya jika itu akhirnya tak membuat masyarakat dapat menjangkau.

Satu pusat perbelanjaan yang lengkap ada di pinggiran jalan, lengkap mulai dari barang, makanan hingga permainanan anak-anak itulah pasar kaget.  Yang terpenting dari itu semua adalah  murah dan terjangkau. Bukankah jika kita ke mall atau pusat perbelanjaan hakikatnya adalah shopping berbelanja. Karena pasar kaget merupakan pusat belanja favorit masyarakat, Nah, bagaimana kalau kita namakan juga dengan Mall.

Hehee
(postingan yang dirasa cukup tidak  penting)

Semangat
Revolusi galau