Serial Ruang Jakarta : Kebakaran Ibu Kota dan Rencana Mang Anton Menguliahkan Anaknya


Siang itu, betul-betul kepanikan yang luar biasa. Rekan kerja, dari sebuah tweet mengabarkan kalau Kenari-Salemba  kebakaran, dipastikan lebih dari 25 pemadam kebakaran datang. Berita buruk ini, kontan membuat saya panik,  apalagi  ketika melihat fotonya yang memuat sebuah rumah tampak depan hangus terbakar, dan  lokasinya cukup saya kenal.

Benar-benar panik saya langsung isi pulsa dan mencari no yang bisa saya kontak. Kebetulan no HPkang Ali, salah satu pemilik warkop yang tak jauh dari kostan saya masih saya simpan. Saking paniknya, saya tak menemukan no itu, padahal ada, maklumlah panik.
Sumber Foto : detik foto


Lalu saya cari alternatif, ada sahabat saya di UI salemba, cukup lumayan dekat juga. Saya coba kontak meminjam HP seorang teman, tapi tak diangkatnya.  Di tengah kepanikan, kebetulan sekali ada meeting… Sambil saya coba berusaha mencari kontak Kang Ali lagi, , langsung saya kontak tersambung. Saat itu, kepanikan itu lantas lenyap, di kabarkan oleh kang Ali bahwa cukup tempat kostan saya jilatan si jago merah. Akhirnya saya bisa mengikuti meeting dengan tenang.

Tersisa Tulisan “Warung Kuningan, Mang Anton”
Saya rasa tak ada yang saya kenal dari korban. Namun ternyata selepas pulang kerja, saya melihat ke TKP dan lokasi semakin mendekat saya langsung ingat pada Mang Anton, saya terus mendekati meski ada Police Line, kaget luar biasa ketika saya mencari tempat Mang anton, tempat saya makan bubur kacang itu hanya tinggal tulisannya didepan pintu, seisi bangunan hangus terbakar, rumah sekitarnya pun hampir rata karena kawasan ini cukup padat penduduk. Sedih sekali saya melihat kondisinya, saya coba tanya beberapa warga keberadaan mang Antoni, tak ada yang tahu. 

Di tempat ini, bukan saja kalau malam atau siang saya menyantap bubur kacang ijo-nya yang gurih, tapi karena kami satu kampung, sama-sama dari Kuningan juga. Jadi bukan hanya makan atau minum kopi, tapi kami ngobrol seputar kampung halaman, karena di Kenari hanya dia pedagang orang Kuningan yang saya kenal.

Dimana dia sekarang, saya tanya tak ada yang tahu. Lantas setelah beberapa  orang tanya kemungkinan para korban mengungsi di Masjid, Madrasah atau pinggir kali Cikini termasuk mang Anton kemungkinan.

Situasi di areal lokasi sedang sangat sibuk, warga berkumpul,ada beberapa yang menggalng dana juga ada yang masih meratapi kejadian. Bantuan sudah mulai berdatang, termasuk organisasi masa, polisi  termasuk mobil OBvan salah satu stasiun TV Nasonal masih berada disekitar guna mengabarkan secara Live.

Saya pulang menuju kostan yang cukup dekat dari TKP. Di ruang kost kecil sederhana ini, saya bersyukur atas anugerah dan masih diberikannya keselamatan, dan malam ini saya masih bisa tidur dengan nyenyak di ruang yang bagi sebagian orang mungkin disebut gudang. 

Doa saya, semoga beliau dan para korban lainnya diberi ketabahan. Terakhir saya ngobrol serius dengannya, tentang anaknya yang ingin ia kuliahkan, dan saya merekomendasikan kampus saya karena biayanya yang murah. Manusia hanya bisa berencana, Allah yang menentukan segalanya. Semoga niat mulianya sebagai  orang tua bisa terlaksana, andai belum bersabarlah Mang...

Semangat Revolusi Galau