BelumTakdir Bertemu Jokowi, Tapi Bahagia Bertemu Dengan “yang Lain”

Siapakah “yang lain” itu?

Setelah postingan kemarin-kemarin ketika saya dipastikan bisa bertemu dengan Jokowi dalam event. Nasib berkata lain, karena pada saat acara, panitia melalui MC mengumumkan kalausanya Jokowi tidak dapat hadir karena harus memenuhi agenda di Kemendagri. Ok, No problem kalau begitu. (pura-pura tidak kelihatan kecewa, padahal sedikit kecewa,hehee)

Meski Jokowi tak hadir namun hadir penulis Buku Jokowi Pemimpin RakyatBerjiwa Rocker,  Mas Yon Thayrun. Bersama beliau dan moderator dari Redaksi Media Indonesia (MI) saya dan tim inti berkesempatan memberikan pandangan tentang buku itu.

Acara buku itu cukup ramai dan antusiasme hadirin sangat terlihat, dengan banjirnya pertanyaan seputar Jokowi. Magnet besar buku ini adlah sosok yang di tuliskan adalah seorang Jokowi, selain juga karena buku ini sangat “renyah” untuk di baca.

Inspirasi Jokowi dari sang penulis : “Salami ibu tiap akan berangkat”
Bagi saya ketidakhadiran Jokowi bukan jadi alasan untuk tidak mendapatkan sesuatu inspirasi lebih dari seorang Jokowi.  Yap.. melalui mas Yon, kegiatannya selama menulis buku dan tentunya membuntuti beliau kemanapun dia pergi, banyak hal yang bisa di petik selain memang tertuang dalam bukunya sendiri.

Satu hal dari banyak nilai yang dibicarakan oleh si penulis tentang Jokowi adalah bagaimana seorang Jokowi begitu menghargai bahkan mencintai Ibunya. hal yang begitu membuat saya terenyuh adalah bagiamana tiap pagi sebelum berangkat, ia harus menyalami dulu sang ibu.

Ohh..terakhir kali saya rutin menyalami orang tua saya adalah ketika masa SMA. Kultur itu luntur setelah saya selesai SMA, paling saya menyalami ketika hendak pergi jauh seperti berangkat ke luar kota.

Suasana saat OPMI : foto diambil saya ambil dari meja tempat saya duduk
Kini saya merasakan sesal ketika saya disini, di Jakarta  tak lagi bersama orang tua. Hampir ketika saya berangkat dan pulang kampus/kantor tak  ada sosok yang bisa saya salami, layaknya Jokowi. Hal kecil seperti itu, menurut saya adalah bentuk penghormatan pada orang tua, dan itulah salah salah satu kunci agar jalan kesuksesan lebih di mudahkan. Teman-teman pembaca semoga masih “menikmati” tangan orang tua seraya memohon ridhonya? Saya pikir itu adalah anugerah luar biasa, yang bisa membuat orang sukses layaknya kesuksesan yang diraih Jokowi.

Banyak hal yang bisa didapat dari diskusi OPMI ini, tapi bicara menghormati dan menyayangi orang tua sangat-sangat membuat menarik. Paling tidak rutinitas seminggu sekali menelpon orang tua adalah agenda week-end saya. Tapi, saya masih tergoda untuk bisa menyalami tangan orang-orang yang harus dimuliakan (orang tua) ini.

Bertemu Dengan “Yang Lain” Inilah yang Membuat Bahagia  Semalaman
Acara OPMI ini begitu sangat menarik  selain saya berkesempatan  menyampaikan pada orang-orang  yang hadir tentang buku dan inspirasi dari buku tersebut. Pada acara tersebut, saya juga dapat berkenalan dengan wartawan asing dari  Straits Times. Selain orangnya yang ramah menyapa, serta enak ngobrol dengannya karena wawasannya yang luas, satu lagi dia adalah orang kenalan pertama Jurnalis asing yang dulu begitu saya inginkan ketika bergeliat di pers kampus.   

Apakah  itu yang dimaksud dengan “yang lain” sesuai tercantum dijudul? Waduh.. itu bukan, Jurnalis asing itu laki-laki, saya masih suka dengan perempuan…hehehe dalam acara tersebut saya bertemu lagi dengan seorang jurnalis yang dulu pernah kita ketemu dalam satu acara yang sama ketika  saya juga berkesempatan membahas sebuah buku novel di ahir tahun 2011.

Setelah acara itu, kami ngobrol lalu berkesempatan pulang bareng karena sama-sama satu busway (padahal naik bis kota juga bisa, tapi lama, yah sekalian modus,hehehehe). Di jalan kami banyak ngobrol, cerita dan diskusi laiknya kenal lama. Hmmm.. Pastinya dia Smart, ayu (cantik campur manis), frindly dan sederhana… dan itu moment yang membuat saya harus bahagia semalaman… tapi rasanya hanya untuk itu dan saat itu saja tak akan lebih –mungkin--  itu pun saya bersyukur sekali, begitu baiknya tuhan.

Semoga tidak ada yang bertanya
“andai Jokowi hadir dalam moment itu, mana yang paling membahagiakan? Moment bisa ketemu Jokowi atau dengan “yang lain”?

Dan bisa jadi, tak akan ada jawaban  objektif :-).


Semangat Revolusi Galau